Unnimac.com - Sedikit bercerita tentang pengalaman berhijab ya.. menurut cerita orang tua, aku sudah dikenalkan dengan kerudung sejak usia 2 hari, tepatnya setelah aku boleh keluar dari rumah persalinan setelah 9 bulan 10 hari berada di rahim umiku tercinta. Ya, meski di usia 2 hari itu aku belum mengetahui sama sekali tentang aurat, tapi kata umiku untuk menanamkan akhlaqul karimah itu bisa dilaksanakan sejak dini. Dan sejak saat itu aku sudah dibiasakan untuk selalu mengenakan jilbab ketika keluar rumah ataupun bertemu dengan yang bukan muhrim.
Tapi sejujurnya, aku baru bisa berhijab secara sempurna (mengenakan rok, jilbab syar’i dan menggunakan kaos kaki) dan istiqomah (insya Allah) sejak SMA. Karena sejak saat itulah aku baru benar-benar MEMAHAMI dan MENYADARI tentang hijabku ini sebagai identitasku karena aku seorang muslimah.
Hijab yang baik dan benar bagi seorang muslimah itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi; kerudung menutup dada, longgar dan tidak ketat, tebal, tidak menyerupai kaum lain, tidak bermegah-megahan dan yang terpenting adalah karena Allah.
Nah, ada punya beberapa tips berdasarkan cerita yang kualami sendiri tentang berhijab yang baik, benar dan yang terpenting tidak mengundang pertanyaan dari orang lain terutama dari lawan jenis kita (ikhwan).
Yang pertama, apabila mengenakan pakaian sesuaikan dengan ukuran tubuh kita. Tidak kekecilan dan juga tidak terlalu besar sehingga nampak tidak proporsional. Karena suatu saat pernah aku mengenakan jaket yang ukurannya terlihat besar di mata orang lain (sebenarnya nggak terlalu besar juga sih kalau menurutku, karena aku sudah terbiasa dan nyaman dengan jaket itu). Tiba-tiba ketika aku sedang mengenakan jaket itu ada ikhwan yang menanyakan secara langsung, “Ukh, itu jaketnya ukuran apa? Kalau jaketnya diganti yang satu ukuran lebih kecil kayaknya lebih pas deh.” Karena agak kesal dengan pernyataan tersebut maka kujawab, “Mending kebesaran daripada kekecilan.”
Tapi sejujurnya, aku baru bisa berhijab secara sempurna (mengenakan rok, jilbab syar’i dan menggunakan kaos kaki) dan istiqomah (insya Allah) sejak SMA. Karena sejak saat itulah aku baru benar-benar MEMAHAMI dan MENYADARI tentang hijabku ini sebagai identitasku karena aku seorang muslimah.
Hijab yang baik dan benar bagi seorang muslimah itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi; kerudung menutup dada, longgar dan tidak ketat, tebal, tidak menyerupai kaum lain, tidak bermegah-megahan dan yang terpenting adalah karena Allah.
Nah, ada punya beberapa tips berdasarkan cerita yang kualami sendiri tentang berhijab yang baik, benar dan yang terpenting tidak mengundang pertanyaan dari orang lain terutama dari lawan jenis kita (ikhwan).
Yang pertama, apabila mengenakan pakaian sesuaikan dengan ukuran tubuh kita. Tidak kekecilan dan juga tidak terlalu besar sehingga nampak tidak proporsional. Karena suatu saat pernah aku mengenakan jaket yang ukurannya terlihat besar di mata orang lain (sebenarnya nggak terlalu besar juga sih kalau menurutku, karena aku sudah terbiasa dan nyaman dengan jaket itu). Tiba-tiba ketika aku sedang mengenakan jaket itu ada ikhwan yang menanyakan secara langsung, “Ukh, itu jaketnya ukuran apa? Kalau jaketnya diganti yang satu ukuran lebih kecil kayaknya lebih pas deh.” Karena agak kesal dengan pernyataan tersebut maka kujawab, “Mending kebesaran daripada kekecilan.”
Yang kedua, usahakan sadar dengan apa yang sedang terjadi dengan pakaian yang kita kenakan. Karena sesibuk aktivitas kita, kita juga harus sadar untuk senantiasa menjaga diri kita agar orang lain lebih nyaman. Karena suatu saat ketika aku sedang berada di depan orang banyak (forum umum) aku sedang sibuk berbicara dengan orang lain, tiba-tiba ada seorang ikhwan yang bilang, “Ukh, jangan di situ agak geser ke sana. Itu jilbab yang belakang berkibar kena angin.” Masya Allah... betapa malunya, karena aku sedang tidak sadar dengan apa yang terjadi dengan pakaianku dan yang mengingatkan adalah seorang ikhwan.
Yang ketiga, berpakaianlah sewajarnya. Apalagi di forum-forum resmi yang menuntut kita mengenakan pakaian sewajarnya. Misalnya di dunia pendidikan, karena aku sedang berada di ranah pendidikan (calon pendidik, aaamiin.. ^_^). Karena suatu hari ada seorang teman yang mengenakan hijab modis, padahal biasanya dia mengenakan hijab biasa (tanpa model yang macam-macam). Tiba-tiba seorang temanku yang laki-laki bilang kepadaku, “Kenapa sih perempuan itu suka pakai kerudung yang macem-macem, padahal kan kalau pakai kerudung yang biasa aja kan lebih terlihat nyaman. Apa nggak ribet gitu pakai yang macem-macem ya?” mendengar pernyataan itu dari temanku aku jadi berpikir, ternyata kaum adam pun juga tidak nyaman ketika melihat orang yang berhijab terlalu berlebihan.
Yang keempat, berpakaianlah selayaknya pakaian muslimah. Suatu saat seorang temanku laki-laki tiba-tiba bilang kepadaku, “Perempuan itu harusnya pakai rok, bukan pakai celana. Apalagi yang pakai kerudung. Masak pakai kerudung terus bawahannya celana, nggak matching banget.” Tuh, seorang laki-laki aja tahu bagaimana seharusnya muslimah berhijab.
Itu baru sebagian pengalaman yang pernah kurasakan. Karena hijab yang syar’i itu akan membuat kita nyaman dengan apa yang kita kenakan. Dan yang lebih penting, bukan hanya kita saja yang merasa nyaman dengan hijab tersebut, tapi orang lain (terutama laki-laki) juga merasa nyaman karena kita mengurangi dosa mereka untuk tidak melihat seharusnya yang tidak mereka lihat. Karena hijab kita yang akan memuliakan diri kita
Itu baru sebagian pengalaman yang pernah kurasakan. Karena hijab yang syar’i itu akan membuat kita nyaman dengan apa yang kita kenakan. Dan yang lebih penting, bukan hanya kita saja yang merasa nyaman dengan hijab tersebut, tapi orang lain (terutama laki-laki) juga merasa nyaman karena kita mengurangi dosa mereka untuk tidak melihat seharusnya yang tidak mereka lihat. Karena hijab kita yang akan memuliakan diri kita
0 comments:
Post a Comment