• Kabar Terkini

    May 12, 2014

    Mengungkap Rahasia Puasa Ayyâmulbidh

    Unnimac.com - Pernah denger puasa pertengahan bulan? Yap! Puasa pertengahan bulan itu sering disebut dengan Ayyâmulbidh. Rasulullah selalu melaksanakan Ayamul Bidh setiap 3 hari pada tengah bulan, yaitu setiap tanggal 13, 14, dan 15 (pada bulan Hijriyah). Dalam sebuah riwayat disebutkan,

    Ibnu Abbas ra. berkata : "Adalah Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan berpuasa pada hari putih (tanggal 13, 14, dan 15) baik dalam bepergian atau di rumah." (HR. Thabrani)

    Ayyâmulbidh adalah hari-hari pada pertengahan setiap bulan Qomariyah ayau hijriyah yaitu tanggal 13, 14 dan 15,  disebut ayyâmul bidh karena kata ayyâm yang berasal dari bahasa arab yang bermakna hari-hari ia bentuk plural dari yaum, sedangkan bidh dalam bahasa arab bermakna putih, sehingga kalau kita gabungkan ayyâmulbidh mengandung arti hari-hari putih. Adapun disebut demikian karena pada tanggal tersebut kondisi bulan sedang purnama dimana bulan memancarkan cahayanya pada Bumi dan meneranginya.

    Dari Abdullah bin 'Amr, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Puasalah tiga hari dari setiap bulan. Sesungguhnya amal kebajikan itu ganjarannya sepuluh kali lipat, seolah ia seperti berpuasa sepanjang masa." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan an Nasai)
    Dan disunnahkan melaksanakannya pada Ayyamul Bidh (hari-hari putih), yaitu tanggal 13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah. Berdasarkan riwayat Abi Dzarr, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

    "Wahai Abu Dzarr, jika engkau ingin berpuasa tiga hari dari salah satu bulan, maka berpuasalah pada hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas." (HR. At Tirmidzi)

    Dari Jabir bin Abdillah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda;
    "Puasa tiga hari setiap bulan adalah puasa dahr (puasa setahun). Dan puasa ayyamul bidh (hari-hari putih) adalah hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas." (HR. An Nasai dan dishahihkan al Albani)

    Terkadang permulaan puasa ini berbeda antara satu negeri dengan negeri lainnya, sesuai dengan permulaan bulan yang ada di sana. Dan jika tidak melaksanakan shaum itu pada Ayyamul Bidl, tidak mengapa melaksanakannya pada awal bulan atau akhir bulan. Dari Mu'adzah ad 'Adwiyah, seseungguhnya ia pernah bertanya kepada 'Aisyah radliyallah 'anha: "Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam biasa melaksanakan shaum selama tiga hari setiap bulannya?" Aisyah menjawab: "ya". Ia pun bertanya lagi: "Hari-hari apa saja yang biasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shaum?" Aisyah pun menjawab: "Tidak pernah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memperhatikan hari keberapa dari setiap bulannya beliau melaksanakan shaum." (HR. Muslim)

    Dalam Majmu' Fatawa wa Rasail, Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin berkata, "Seorang boleh berpuasa pada awal bulan, pertengahannya, ataupun di akhirknya secara berurutan atau terpisah-pisah. Tetapi yang paling afdhal (utama) dilaksanakan  pada Ayyamul Bidl, yaitu tanggal tiga belas, empat belas, dan lima belas.

    Hal ini berdasarkan hadits Aisyah radliyallah 'anha, "adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa tiga hari setiap bulan, tidak terlalu peduli apakah berpuasa di awal atau di akhir bulan." (HR. Muslim)

    Ayyamulbidh dan  pengaruh psikis terhadap  gravitasi bulan
    Selain itu ada keutamaan lain, yaitu Ayyammulbidh ternyata memiliki keterkaitan dengan psikologi manusia. Dikutip dari Nanda Hanifa, Seorang peneliti berkebangsaan Amerika pernah mengadakan penelitian mengenai kondisi kejiwaan manusia ketika terjadi bulan purnama. Penelitian itu menyimpulkan bahwa kondisi kejiwaan manusia saat bulan purnama cenderung lebih labil, emosional, dan tidak terkendali. Semua perasaan menjadi mudah membuncah dari dalam diri. Mudah marah, mudah tersinggung, mudah senang, mudah sedih, pokoknya semua sifat yang ada pada dirinya menjadi lebih mudah teraktualkan kedalam perilaku keseharian. Mungkin inilah salah satu penyebab banyak mitos dan film yang mengaitkan antara monster atau hantu dengan bulan purnama. Dengan Puasa, pada dasarnya menuntun kita agar menundukkan nafsu kita. Ketika kita berpuasa, kita dituntut untuk dapat mengendalikan emosi kita dan menjaga syahwat kita.

    Ketika ilmu sains modern mengungkapkan adanya kelabilan emosi manusia saat bulan purnama, Islam telah menganjurkan untuk melaksanakan puasa tepat saat munculnya sang bulan purnama. Islam telah memberi jalan pada umatnya agar tidak terkena pengaruh kelabilan emosi yang terjadi pada tanggal tersebut. Rasulullah menganjurkan kita berpuasa, agar hati kita selalu terjaga dari amarah, nafsu, dan segala sifat buruk lain yang cendrung lebih meluap pada saat itu dibanding saat-saat lainnya.

    Apalagi karena kita jarang menggunakan penanggalan qomariyah, sehingga  terkadang sunnah yang begitu mempesona ini terlewatkan. Maka saatnya kita kembali,  ihya ‘us sunnah  menghidupkan sunnah dengan mulai membiasaka  Shaum Ayyamulbidh,   agar semakin terbiasa dengan penggunaan penanggalan hijriyah dan semakin  terkendali jiwa kita.

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Mengungkap Rahasia Puasa Ayyâmulbidh Rating: 5 Reviewed By: Creavida
    Scroll to Top