Rayuan itu bisa bikin kelepek – kelepek. Awalnya illfeel, ngerasa ga ada sedikitpun rasa suka. Tapi karena sebuah rayuan yang dahsyat cetar membahana, akhirnya kena juga. Hati langsung dibuka lebar, mempersilakan dia masuk dengan tenang, aman dan nyaman. Kenapa bisa begitu?
Lalu biasanya langsung tanpa pikir panjang memuji setengah mati. Dia yang paling hebat. Selalu menarik dalam setiap pandangan. Selalu menyenangkan dalam setiap ingatan dan selalu memberi arti dalam setiap posisi.
Dia bak arjuna yang dipuji – puji siang dan malam. Dimulai dengan kata, “Cowokku itu ya...” langsung cerita sampai subuh juga bakalan kuat. Tidak ada cacat sedikitpun. Semuanya nyaris sempurna. Bahkan setitik dosa dan kesalahan pun tak ada. Benar – benar “malaikat” deh pokoknya.
Saat cerita soal dia, wajah mendadak sumringah. Tak ada rasa sedih. Semangat gembira luar biasa. Wajah cerah tak ada sedikitpun rasa susah. Pokoknya matanya berbinar – binar, tangannya bergerak ke kiri dan ke kanan.
Kalau ada yang mencoba mengkritik kekasih kita, langsung kita tidak terima, “Enggak, kamu salah. Dia nggak seperti itu. Kalian ini bisanya cuman sirik aja.” Proteksi ini manjur sekali. Tidak mempan kata – kata dari siapa saja. Pokoknya dialah satu – satunya pangeran hati.
Kalau sudah ketemu, kita akan biarkan dia merayu kita habis – habisan. Kita biarkan dia mengguyur kita dengan air kerinduan dan kekangenan. Kita biarkan dia menghiasi hati dengan kata – kata indah bak pujangga yang bangun kesiangan. Wuih indah pokoknya. Nenek – nenek pun akan merasa muda kembali bila dengar puisi cintanya.
Cinta yang sehat
Kalau ingin mencintai, jangan terlalu berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Cintailah seseorang karena kebaikannya, bukan karena dia segala – galanya. Realistislah bahwa seseorang bisa saja melakukan kesalahan – kesalahan. Seseorang juga bisa punya kekurangan, maka jangan menganggap cinta berlebihan.
Coba lihat mereka yang selama ini terlalu mencinta. Lama – lama bila mereka terkena konflik, mereka segera mengubah cintanya menjadi benci. Mereka benci luar biasa kepada pasangannya yang selama ini nempel kayak perangko. Bahkan kedua berubah menjadi musuh yang terus bertikai.
Cinta yang terlalu itu akhirnya berubah menjadi benci. Mereka saling bongkar aib pasangannya. Dulu disayang, sekarang ditendang – tendang. Apakah kamu mau akhirnya berakhir seperti itu?
Cinta yang terlalu juga berbahaya bagi pemiliknya. Resikonya bisa stress dan kehilangan akal sehat. Pikirannya tidak lagi bisa menalar sesuatu dengan baik. Linglung karena kehilangan orang yang sangat disayang. Dia siap mencintai, tapi tidak siap kehilangan. Dia siap disayangi tapi tidak siap untuk ditinggalkan. Jadi ketika dia kehilangan orang yang dia sayang, dia tidak siap.
Resiko lainnya bisa kesurupan. Kemasukan jin saat pikiran kamu kosong. Saya tidak sedang nakutin, loh, tetapi ini bisa terjadi pada kamu yang terlalu mencintai dan tidak lagi mau dikasih tahu dengan baik.
Nah, yuk sekarang kita berubah jadi remaja yang lebih baik. Mencintai dengan hati, bukan dengan nafsu. Kalau cinta tidak lagi akan terlalu hingga mematikan logika. Tetapi masih selalu memakai logika sehat, sehingga tidak membuat kita merasa dunia kiamat tanpa mencintainya.
Sumber : Openminds Edisi 03 Volume 01 April 2013
0 comments:
Post a Comment