• Kabar Terkini

    Apr 19, 2013

    Kartini : Emansipasi Ataukah Muslimah Sejati?

    Ibu kita kartini,Putrisejati,Putri Indonesia,Harum namanya
    Ibu kita kartini , pahlawan bangsa
    Pahlawan kaumnya, untuk  merdeka....

    Mari kita coba renungkansejenak, bagaimanakah sosok seorang Kartini, ketika mendengarlagu tersebut?
    DuapuluhSatu April adalah tanggal kelahiran Kartini dan bangsa Indonesia mengabadikanya sebagaitonggak sejarah kelahiran seorangwanita Indonesia yang dengankegigihanya memperjuangkan kaum hawa di bumi Indonesia. Dan perlu diketahui, ada satu hal penting yang tak jarang disembunyikandalam catatan sejarah, yaitu usahaKartini untuk mempelajari Islam dan mengamalkannya, namun lagi-lagi sejarah dunia seolah ingin mengubur kisah Kartini yangkembali kepada Islam sesungguhnya “Ingin benar saya menggunakangelar tertinggi, yaitu: Hamba Allah, Abdullah.” (Surat Kartini kepada Ny.Abendanon, 1 Agustus 1903). Sosok Kartini justru banyak dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk kampanyeemansipasi, yaitumendorong kaum wanita agar diperlakukan sederajat dengan kaum pria, hal ini wajar melihat beberapa surat Kartini yang cenderung pluralis danriberalis, parahnya pemikiran ini terblowup secara membabi buta tanpa ada lanjutan kisah sejaranya ketika beliaukembali mengkaji Islam.

    Semakin berkembangnya zaman, emansipasi mirip sajadengan liberalisasi dan feminisasi. Sementara Kartini sendiri sesungguhnya mulaimeninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya, yaitu menjadiseorang wanita sholehah. Jangan salahkan Kartini apabila beliau tidak dapatlepas dari pengaruh pendidikan baratnya. Namunsebenarnya Kartini sudahberusaha untuk mendobrak.Yang perlu kita cermati adalah mereka yang terlanjur menyalahartikan“Door Duisternis Tot Lichtmenjadi “habis gelap terbitlah terang yang secara nyata slogan ini juga dipakai olehpara Fremason, padahal Prof. Haryati Soebadio (cucu tiriIbu Kartini) mengartikan kalimat “Door Duisternis Tot Licht” dengan arti lainDariGelap Menuju Cahaya” tidak lain adalah merupakan inti dari dakwah Islamyang artinya: membawa manusia dari kegelapan (jahiliyah) menuju yang terangbenderang (hidayah atau kebenaran Ilahi), sebagaimana firman-Nya:”Allahpemimpin orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapankepada cahaya. Dan orang-orang kafir pemimpinnya adalah syaitan, yangmengeluarkan mereka dari cahaya ke kegelapan. Mereka itu adalah penghunineraka; mereka kekal didalamnya” (QS. Al-Baqarah : 257). Lagi-lagi dalam kasus ini sejarah berperan cukup penting.

    Kartini ingin menjadi Muslimah sejati, meskipun Kartini yangdikungkung oleh adat dan dituntun oleh Barat. Suatu ketika Kartini belajar mengaji (membaca Al-Quran),guru mengajinya marah karena beliau menanyakan tentang makna kata-kataAl-Quran yang dibacanya ( ada beberapa sejarah yangmenyebutkan bahwa hal ini memicu Kartiini untuk lebih memeprdalam Pruralis,karena ketidak puasnya dalm belajar Islam saat itu). Kartinitermasuk sosok wanita cerdas, ia terus mencoba mencari makna Al-Qur’an lewat Al-Quran terjemahan berbahasaJawa, Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah: 257, bahwa Allah-lah yangmembimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minazh-Zhulumaatiilan Nuur). Dalam banyak suratnya sebelum wafat, Kartini banyak sekalimengulang-ulang kalimat “Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. Karena Kartiniselalu menulis suratnya dalam bahasa Belanda, maka kata-kata ini diaterjemahkan dengan “Door Duisternis Tot Licht”.Setelah Kartini mengenalIslam sikapnya terhadap Barat mulai berubah, bahkan Kartini bertekad untukmemenuhi panggilan surat Al-Baqarah:193, berupaya untuk memperbaiki citra Islamselalu dijadikan bulan-bulanan dan sasaran fitnah.

    Orang sering menjuluki Kartini sebagai pejuangemansipasi wanita. Benarkah? Berikut adalah salah satu surat Kartini: “Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukansekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi sainganlaki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akanpengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakapmelakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalamtangannya:menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. [SuratKartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902].Saat Kartini menjadiisteri, ia menjelma sebagai bidadari dunia yang hadirnya menyejukkan mata.Kepatuhannya terhadap suami, penjagaan kesuciannya dari fitnah karenakelalaiannya, menjadi obor bagi ketentraman rumah tangganya.

    Inilah gagasan Kartini yang sebenarnya, namunkenyataannya sering diartikan secara sempit dengan satu kata: emansipasi.Sehingga setiap orang bebas mengartikan semaunya sendiri.Pada dasarnya,Kartini ingin berjuang di jalan Islam. Tapi karena pemahamannya tentangIslam belum menyeluruh, maka Kartini tidak mengetahui panjangnya jalan yangakan ditempuh dan bagaimana cara berjalan di atasnya.Namun Kartini berjuangseorang diri, dengan segala keterbatasan. Ali bin Abi Thalib menegaskan: “Kebenaranyang tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir”.

    Oleh : Puji Rahayu
    http://www.facebook.com/puput.ayura
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Kartini : Emansipasi Ataukah Muslimah Sejati? Rating: 5 Reviewed By: Creavida
    Scroll to Top