Ustadzah Darosy Endah sedang menyampaikan materi |
Unnimac.com. UKKI. Bersamaan dengan Hari Kartini, Annisa UKKI Unnes mempersembahkan Talkshow Kemuslimahan dengan tema “Karena wanita pewarna peradaban”. Pada talkshow kali ini, UKKI mengundang ibu Darosy Endah, dosen Fakultas Psikologi Undip yang juga pengisi dalam acara Rumahku Surgaku (TVRI) dan Ustdh. Wirianingsih, ibunda dari 10 bintang penghafal Al-Qur’an sebagai narasumber. Acara ini dimoderatori oleh ibu Rahina Nugrahani, dosen seni jurusan seni rupa Unnes. Dua narasumber yang luar biasa tersebut membuat para peserta enggan untuk tidak mendengarkan setiap kata yang beliau-beliau ucapkan, artinya, akan sangat disayangkan jika ketinggalan sebuah kalimat saja dari kedua pembicara yang luar biasa tersebut.
Dengan sebuah kalimat “Karena wanita pewarna peradaban”. Bukan, bukan karena perempuan lebih cakap dari laki-laki, tetapi karena pengaruhnya yang amat besar terhadap pendidikan putra-putrinya, karena pendidikan yang utama adalah dari ibu. Ibu Rahina (moderator) mengantar fokus peserta kepada talkshow bersama ibu Endah dan ibu Wirianingsih.
Sebelum menyampaikan materi inti, Ibu Endah membacakan sebuah puisi yang inspiratif untuk para wanita Indonesia. Melalui puisi tersebut Ibu Endah berpesan kepada para kartini Indonesia masa kini untuk merenungkan perjuangan Ibu Kartini di masa lampau, mengambil ibroh dari kegigihan beliau agar dapat mendidik putra-putri bangsa yang tangguh, cerdas, dan penuh semangat. Beliau juga mengulas buku Raden Ajeng Kartini yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang dianalogikan dengan al-Qur’an surat Al-Baqarah “Minadzdzulumaati ilannuur”. Salah satu kalimat dari surat yang ditulis oleh Kartini kepada kawannya di Belanda yaitu intinya bahwa wanita-wanita Indonesia berhak mendapat kesetaraan dengan kaum laki-laki dalam bdang pendidikan, bukan untuk menyaingi kaum laki-laki, tetapi itu sebagai bekal untuk mendidik anak-anak. Bu Endah berpesan kepada para peserta, jadilah wanita yang pemberani, berani berjuang di masyarakat, memperjuangkan hak-hak perempuan lainnya, karena wanita adalah pondasi keluarga, dan wanita adalah pondasi Negara. Maka, jadilah pondasi yang kuat.
Sedangkan Bu Wiwi mengawali ceramah beliau dari flash back ke masa reformasi. Dimana sejak masa reformasi, derajat wanita ditinggikan, bahkan terminologi wanita pun diganti menjadi perempuan. Sejak masa itu hingga sekarang, perempuan sudah mulai dipandang dan dihargai, terbukti dengan disediakannya kursi pemerintahan untuk kaum perempuan. Namun, meskipun perempuaan sudah lebih dipandang dan ditinggikan derajatnya, tetap saja, secara kodrati, perempuan tetap tidak bisa setara dengan laki-laki dalam segala hal. Tetap saja, perempuan berbeda dengan laki-laki, ada satu peran yang tak mungkin bisa digantikan, tak mungkin bisa disamakan, yakni perempuan sebagai ibu dengan segala kelembutannya.
Pada akhir acara inti, Bu Endah mempersembahkan sebuah puisi lagi untuk menyemangati para muslimah agar menjadi muslimah yang cerdas, tangguh, serta berani berjuang(RF).
0 comments:
Post a Comment