Salah satu
tokoh utama Syi’ah abad ini adalah Khomeini. Pemikiran-pemikirannya banyak
menumpuk di dalam bukunya yang berjudul al-Hukumah al-Islamiyyah. Buku ini
dijadikan pegangan dalam menjalankan pemerintahan Syi’ah di Iran.
Dilihat dari
kitab-kitab yang menjadi sandaran mereka, semakin jelas perbedaan antara Ahlus
Sunnah dengan Syi’ah. Kaum Syi’ah termasuk Khomeini tidak mengambil hadits
Bukhari sebagai sumber pengambilan hukum, sebab Bukhari mengeluarkan hadits
shahih tentang afdhaliyah (sifat keutamaan) Abu Bakar, Umar, dan Utsman
radhiyallahu anhum. Dan juga tidak mengambil hadits-hadits yang diriwayatkan
Abu Hurairah, sehingga seluruh hadits yang beliau riwayatkan mereka tolak.
Dalam
kesempatan ini saya akan angkat munculnya revolusi Iran dan dampaknya bagi
kalangan Ahlu Sunnah wal-Jama’ah. Revolusi Iran adalah revolusi Syi’ah dengan
slogan la syarqiyyah la gharbiyyah, Islamiyyah (لاشر قية
لاغربية إسلامية). Yakni tidak Timur tidak
Barat, tapi Islamiyyah. Maksudnya mereka tidak berkiblat kepada Amerika dan
tidak juga kepada Rusia, tapi bersandar kepada kesucian Aqidah Islamiyah. Kini,
bagaimana sikap kaum Muslimin atau kalangan jama’ah Islamiyyah atau harakah
Islamiyyah tentang revolusi tersebut.
Dalam hal ini
ada dua versi.
Pertama, bagi
jama’ah atau harakah atau individu yang orientasi da’wahnya dalam rangka
tauhidullah berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman salafu
al-ummah dalam semua aspek kehidupan, tentu mereka akan menjawab bahwa revolusi
Iran adalah revolusi Syi’ah. Revolusi itu adalah dalam rangka menghancurkan
Ahlu Sunnah Wal-Jama’ah. Jadi, dengan kemenangan Khomeini, berarti munculnya
fitnah di kalangan umat Islam.
Kedua, jama’ah
atau harakah atau individu yang tidak berasas tauhid dan manhaj salaf, mereka
beragam penilaiannya. Bagi yang berorientasi kepada persatuan Islam (ukhuwah
Islamiyyah). Mereka mendukung dan membantunya. Seperti yang dilakukan oleh
beberapa tokoh harakah Islamiyyah di Mesir, Yordania, Suriah, Sudan, Afrika
Utara. Bahkan, mereka mengucapkan selamat atas keberhasilan Khomeini. Mereka
husnuzhan kepada Khomeini dengan harapan setelah Iran berhasil melakukan revolusi,
bisa merembet ke jihad Afghan dan Suriah. Mereka tidak paham bahwa Syi’ah
tengah ber-taqiyyah. Setelah tiga tahun, ternyata banyak orang-orang Ahlu
Sunnah di Iran dipenjara dan dihukum mati.
Bagi yang
berorientasi politik, mereka kagum dan memuji-muji Khomeini dengan berbagai
macam pernyataan. Seperti pernyataan “Khomeini adalah pemimpin umat. Khomeini
pemimpin sejati”. Sebab terbukti dengan kemandiriannya, dia berhasil
menumbangkan Shah Iran. Mereka mengatakan pula: “Di mana pemimpin Ahlu Sunnah?”
Bagi yang
orientasi dakwahnya mengutamakan terwujudnya masyarakat Islam, mereka akan
mengatakan bahwa Revolusi Iran adalah Revolusi Islam. Buktinya, disana syari’at
Islam dijalankan mereka membangga-banggakan Khomeini dan dia tidak melihat
bukti bahwa ia beraqidah Syi’ah. Yang dilihatnya hanya zhahir semata.
Memang,
orang-orang yang tidak punya dasar aqidah yang shahih pasti mereka akan
bimbang, terutama
orang-orang yang mengagungkan aspek-aspek intelektual di atas
segala-galanya.
Dalam rangka
menyusupkan pemikiran-pemikirannya supaya dapat diterima di kalangan Ahlu
Sunnah, Syi’ah melakukan manuver-manuver yang sangat agresif, di antaranya:
a. Membandingkan
mana yang lebih baik antara Iran Shah Reza Pahlevi atau Khomeini?
b. Bagaimana
pendapat kaum Sunni tentang ditutupnya kedutaan Israel di Teheran dan dibukanya
kantor PLO di Tehera?
c. Bagaimana
hubungan Hasan al-Banna dengan Syi’ah?
d. Ibrahim
al-Yazidi, warga Amerika penganut Syi’ah secara ta’asub (fanatik) memberikan
intima’ kepada jama’ah Ikhwanul Muslimin.
e. Khomeini memerintahkan
kepada orang Syi’ah untuk mengikuti shalat Jum’at bersama Ahlu Sunnah di musim
haji.
f. Adanya tazkiyah
(rekomendasi) dari beberapa harakah Islamiyyah untuk mendukung gerakan
Khomeini.
g. Mereka
mengatakan bahwa Imam Bukhari juga meriwayatkan enam buah hadits shahih tentang
ahlul bait.
h. Melontarkan ide
internasionalisasi pengurusan Ka’bah (Masjid Al-Haram) dan masjid an-Nabawi
dari tangan Saudi Arabia, serta masjid al-Aqsha dari tangan Israel.
i. Mendengungkan
slogan “Tidak Syi’ah, tidak Sunni, tapi Islam.”
j. Menampakkan
semangatnya untuk mempersatukan Syi’ah dan Ahlu Sunnah dengan cara-cara
-Mengenalkan
bahwa madzhab Syi’ah adalah madzhab kelima dengan “mereka” madzhab ahlul bait?
-Mengajak
(menyediakan beasiswa) untuk belajar di Qum, Iran.
-Membuat opini,
bahwa Khomeini adalah imam umat dan revolusi Iran ini akan diekspor ke dunia
Islam lainnya?
-Menjadikan
tahun hijriyah sebagai tahun resmi Umat Islam?
Demikianlah
tipu daya Syi’ah dalam upaya mengelabuhi umat Islam. Bagaimana hakekat
sebenarnya di balik slogan-slogan tersebut?
Untuk
menjelaskan syubhat atau manuver-manuver di atas, kita perlu mengetahui bahwa
secara materi Syi’ah mempunyai kekuasaan yang riil. Dalam konstitusi Iran
Syi’ah, disebutkan bahwa agama resmi negara adalah madzhab Itsna Asyariyah.
Oleh karena itu presiden dan perdana menteri harus berasal dari madzhab ini.
Yang demikian merupakan suatu kemenangan tersendiri. Di samping itu, negara
harus bersumber pada imam Ayatullah Khomeini yang diistilahkan mereka sebagai
Wilayatul Faqih. Dengan memberikan ketentuan-ketentuan kekuasaan seperti itu,
maka kemudian mendudukkan para pejabat menteri dan seluruh aparat kedutaannya
dari orang-orang Syi’ah. Dari sinilah mereka membuat jaringan internasional.
Sebaliknya,
keadaan yang dialami Ahlu Sunnah di Iran adalah sangat menyedihkan, seperti
diantaranya:
a. Tentara dari
kalangan Ahlu Sunnah dituduh berkhianat dan melakukan pemberontakan guna
mendukung Shah Iran, sehingga akhirnya dijatuhi hukuman mati. Hal ini merupakan
musibah bagi Ahlu Sunnah.
b. Menurut
Syaikh Muhammad Abdul Qadir Azad, Ketua Majlis Ulama Pakistan, Khomeini dahulu
pernah menjanjikan akan memberikan sebidang tanah guna didirikan masjid bagi
kalangan Ahlu Sunnah di Teheran. Meskipun tanah sudah dibayar, tapi kemudian
diperintahkan untuk menyita tanah tersebut.
c. Kalangan
Ahlus Sunnah yang semenjak sepuluh tahun sebelum revolusi Iran terjadi biasa
melakukan shalat ‘ied di lapangan (di kota Teheran), akan tetapi setelah
kemenangan Revolusi Iran, walaupun sudah mendapat izin resmi, pihak keamanan
membubarkan kaum Muslimin yang hendak bershalat ‘ied di lapangan. Beginikah
perlakuan aparat dari sebuah negara yang telah memproklamasikan sebagai negara
Islam terhadap Ahlu Sunnah?
d. Kebiasaan
yang dilakukan orang-orang Syiah, baik dulu maupun sekarang, yaitu melakukan
provokasi pada musim haji dalam rangka memasukkan misinya. Pada masa dulu,
mereka menuduh Khalifah Utsman bin Affan menyalahgunakan wewenang dan menuntut
agar beliau meletakkan jabatan, sehingga pada musim haji tahun 35 H/656 M
mereka menggerakkan pasukan secara besar-besaran (+ 6.000 orang) yang
didatangkan dari Mesir, Syam dan Basrah untuk menduduki kota Madinah. Pasukan
tersebut dipimpin oleh al-Ghafiqi bin Harb. Mereka mengepung rumah Khalifah dan
membunuhnya.
e. Pada tanggal
6 Dzulhijah (musim haji) tahun 1407 H. kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia
dikagetkan oleh suatu peristiwa “kotor”. Yaitu aksi demonstrasi besar-besaran
yang dilakukan mereka, huru-hara dan sikap permusuhan terhadap para petugas
keamanan Saudi. Peristiwa itu berakhir dengan membawa korban jiwa di kalangan
jama’ah haji. Tujuan dari aksi mereka tidak lain adalah guna mengubah ibadah
haji menjadi medan pertempuran.
f. Dengan
berkedok slogan la syarqiyyah la gharbiyyah, islamiyyah (tidak Timur tidak
Barat, tapi Islam) ditanamkanlah rasa benci kepada Amerika, Rusia dan
negara-negara yang ada hubungan dengan keduanya. Kemudian diajak untuk
mengikuti Khomeini menjadi imam umat. Cara-cara ini adalah tidak dibenarkan
menurut Ahlu Sunnah.
Jawaban
terhadap Syubhat-syubhat yang dilontarkan Syi’ah
Berikut akan
diungkapkan jawaban terhadap syubhat yang dilontarkan oleh kaum Syi’ah:
a. Mana yang
lebih baik antara Iran Shah dan Iran Khomeini?
Untuk menjawab
pertanyaan ini harus diajukan pertanyaan balik, mana yang lebih baik antara
pemerintah Inggris dan pemerintahan Gamal Abdul Naser di Mesir. Bila dilihat,
Gamal Abdul Naser lebih berbahaya tipu dayanya dibanding pemerintahan Inggris,
karena:
- Keduanya sama-sama tidak
berhukum dengan hukum Allah, tapi Inggris jelas kekufurannya, sedangkan
pemerintahan Gamal Abdul Naser tertutup kekafirannya bagi kebanyakan manusia,
kecuali sebagian kecil saja yang tahu.
- Untuk
memahamkan pada umat bahwa Gamal Abdul Naser berhukum dengan hukum Prancis dan
Inggris adalah sulit, karena dia berasal dari “kulit” kita (kaum Muslimin).
Oleh karenanya sulit bagi kita untuk memeranginya, sementara dia mencampur
antara syari’at Islam dan Prancis serta Inggris. Adapun Inggris jelas
kekufurannya dan tidak sulit untuk mengumpulkan kaum muslimin guna memeranginya.
Demikian pula
jawaban untuk menanggapi syubhat yang perama ini. Untuk kasus di Iran ini,
setelah hilang thaghut (berhala) yang lama datang thaghut (berhala) yang baru.
Pelakunya itu-itu juga, hanya versi kekufurannya yang berbeda.
b. Tentang ditutupnya
kedutaan Israil (penamaan negara Israel telah dijelaskan kesalahannya oleh para
ulama. Yang benar adalah negara Yahudi –red) di Teheran, dan dibukanya kantor
PLO di sana?
Tidak mesti
ditutupnya sebuah kedutaan dari suatu negara, kemudian antara kedua negara
tersebut bermusuhan. Mungkin saja penutupan tersebut karena pertimbangan faktor
yang lain.
Dan apakah
dengan dibukanya kantor kedutaan PLO di Teheran berarti bisa menciptakan
keamanan bagi masyarakat muslim di Palestina? Ini hanya makar yang dilakukan
pemerintah Syi’ah demi keuntungan politis di masa mendatang.
c. Hubungan
Hasan al-Banna dengan Syi’ah
Hubungan antara
tokoh pendiri Ikhwanul Muslimin ini dengan Syi’ah, bukanlah merupakan tazkiyah
(rekomendasi) bagi Ahlu Sunnah untuk menerima kehadiran mereka (kaum Syi’ah) di
tengah-tengah kalangan Ahlu Sunnah.
d. Perihal
Ibrahim al-Yazidi ber-intima’ kepada Jama’ah Ikhwanul Muslimin di Amerika,
karena waktu itu dia diusir dari Persatuan Pelajar Muslim di Amerika karena
paham Syi’ahnya.
e. Tentang masalah
Khomeini yang memerintahkan untuk shalat jum’at bersama kalangan Ahlu Sunnah
pada musim haji. Itu adalah gaya taqiyah Khomeini. Dia berdusta dan menipu kaum
Muslimin agar kaum Muslimin mau menerima kehadiran Syi’ah di tengah-tengah
mereka.
f. Tentang
tazkiyyah dan bantuan harakah Islamiyah kepada gerakan Khomeini, karena dakwah
kaum harakah tidak berorientasi kepada tashihul aqidah dan mereka tidak tahu
tujuan Khomeini. Sehingga, mereka bersikap husnuzhan dengan pengharapan
semangat revolusi Iran bisa menjalar ke Afganistan dan Suriah. Akan tetapi
setelah mereka mengetahui kebusukan Khomeini (yang memusuhi Ahlu Sunnah) baru
menyesal.
g. Tentang Imam
Bukhari yang menerima enam riwayat tentang ahlul-bait dalam shahih-nya.
Sesungguhnya
seluruh Ahlu Sunnah termasuk Imam Bukhari mempunyai kewajiban mencintai ahlul
bait, karena telah datang perintah dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
melalui riwayat yang shahih, bukan karena aqidah Syi’ahnya. Dan juga pengertian
ahlul-bait yang sebenarnya antara Ahlu Sunnah dan Syi’ah sangat berbeda.
h. Mengenai ide
meng-internaionalisasikan Ka’bah (Masjid al-Haram) dan masjid an-Nabawi dari
tangan Saudi Arabia dan Masjidi al-Aqsha dari tangan Israil. Perlu diketahui
oleh kita, pertama, yang dimaksud bebas dari tangan Saudi bukan hanya lantaran
semata-mata benci kepada Saudi-nya, tapi karena di Saudi masih banyak ulama
Ahlu Sunnah yang masih tegar dalam mendakwahkannya. Kemudian apa sebenarnya
latar belakang Khomeini melontarkan ide tersebut? Karena jika Ka’bah (dan dua
masjid tersebut) sudah lepas dari Saudi, maka akan diperlukan imam yang kuat.
Sedangkan di kalangan Ahlu Sunnah hal ini belum Nampak. Untuk itulah Khomeini
berharap kaum Ahlu Sunnah mengangkatnya menjadi imam umat.
Kedua, menurut
Aqidah Syi’ah, Imam Mahdi akan keluar dari Ka’bah dan akan langsung disambut
oleh orang Syi’ah. Dalam hal Khomeini dan kaum Syi’ah lainnya tidak berani
terang-terangan menyebutkan lawan mereka yakni Ahlus Sunnah akan tetapi yang
diserang adalah pemerintahan dan aparat Saudi dengan berkedok slogan anti
Amerika dan Rusia. Bile ide Khomeini ini dituruti maka akn habislah ulama Ahlus
Sunnah berhati-hatilah terhadap tipu daya Syi’ah ini. Janganlah kita hanya
melihat penampilan zhahir nya saja tapi lihatlah sisi aqidahnya.
i. Istilah
“Tidak Syi’ah dan tidak Sunni. Tapi Islam”
Slogan seperti
ini sangat berbahaya bagi Ahlu Sunnah. Dan ini memang cara propaganda Syi’ah
untuk menyusupkan ajarannya di tengah-tengah Ahlu Sunnah. Pada mulanya orang
diajak bersikap netral, tidak ta’asub pada Syi’ah atau Sunni. Setelah itu baru
dimasuki pemikiran Syi’ah. Dakwah ini khususnya dialamatkan bagi mereka yang
belum menganut Syi’ah.
Bagaimana
Keadaan di Indonesia?
Menurut sejarah
masuknya Islam di Indonesia, selain orang dari Arab dan juga pedagang dari
Persia. Melalui para pedagang dari Persia yang aqidahnya tercampur dengan paham
Syi’ah, ajaran Syi’ah tersebar. Petunjuk tentang hal tersebut bisa diamati
berdasar atsar (bekas)-nya, seperti munculnya tradisi tabaruk dan tawassul
kepada syaikh dan kuburan; takhayul kepada benda-benda yang dianggap keramat,
dan barzanji (Jawa=diba’an). Bahkan, ada pada beberapa kalangan orang tua yang
masih meyakini bahwa kuburan Ali ada di bulan.Tradisi-tradisi semacam itu
menunjukkan pengaruh Syi’ah telah tertanam sejak dulu. Meskipun demikian,
mereka yang masih berpegang dengan tradisi semacam di atas, tidak mau dikatakan
Syi’ah.
Untuk
menunjukkan bahwa si fulan menganut faham Syi’ah memang sangat sulit, karena
mereka akan bertameng dengan taqiyyah.
Bagi kita Ahlu
Sunnah paling tidak hanya bisa mengatakan bahwa orang atau lembaga tertentu
cenderung pada pemikiran Syi’ah. Seperti di Bandung ada Jalaludin Rahmat dengan
Pesantren Al-Muthahari-nya; Penerbit buku Mizan, Pesantren YAPI di Bangil Jawa
Timur, di mana para juru dakwahnya tersebar hampir di tiap kota seperti Malang,
Surabaya, Pekalongan, Bogor, Jepara (Jawa Tengah), Solo, Yogya, Bandung dan
lain-lain. Bahkan, gerakan mereka masuk ke berbagai organisasi masa besar,
seperti ICMI. Mereka menyusup pula di surat kabar Republika. Adapun majalah
resmi yang membawa misi Syi’ah, adalah majalah yang dikeluarkan Kedutaan Besar
Iran untuk Indonesia yang bernama Yaumul Quds.
Mudah-mudahan
bagi saudara-saudara kita yang seiman, setelah mengetahui hal ini bisa memahami
dan mengerti benar tentang bahayanya pemikiran Syi’ah. Sehingga dengan demikian
bisa memilih bacaan yang jelas menurut aqidah kita.
Oleh karena itu
saya wasiatkan untuk diri saya dan kaum Muslimin suatu hadits:
قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صلّى الله عليه و سلّم: أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى الله عزوجل وَالسَّمْعِ
وَالطَّاعَةِ وَاِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيِّ, فَإِنَّهُ مَنْ
يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا, فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ
وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِيْنَ تَمَسَّكُوْبِهَا
وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ, وَاِيَّاكُمْ وَمُحَدَثَاتِ اْلأُمقوْرِ...
(أو كَمَاقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلعم) (رواه الترمدى وقال حسن صحيح)
“Telah bersabda
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam : Aku wasiatkan kepada kamu sekalian
agar bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Mendengar dan taat, walaupun yang
memerintahkan kamu sekalian adalah seorang budak Habsyi. Sesungguhnya
barangsiapa diantaramu yang hidup (lebih lama, red), niscaya akan menjumpai
perselisihan (paham, red) yang banyak. Maka, berpeganglah kamu sekalian kepada
sunnahku dan sunnah Khulafa’u ar-Rasyiddin yang mendapat petunjuk. Pegang
kukuhlah ia dan gigitlah dengan gerahammu. Dan berhati-hatilah dengan perkara
baru yang diada-adakan…” (HR. Tirmidzi, dan dikatakannya Shahih)
Demikianlah apa
yang dapat saya tuliskan. Yang benar datangnya dari Allah dan yang salah datang
dari saya, dan kita insya Allah akan senantiasa rujuk kepada yang haq. ( Ustadz Abu Nida -hafizhahullah)
Sumber : Majalah as Sunnah di tahun 1996
0 comments:
Post a Comment