SahabatUnnes.com - Mungkin ini yang ada dibenak kawan-kawan semua. Apa itu rohis? Apa sih manfaat ikut rohis? Apa yang istimewa disana?. Mau tau aja atau mau tau banget???? Haha.., Berikut ada sebuah ilustrasi. Pernahkah kawan meminum dan menikmati manisnya madu? Betapa lezat dan manis madu ketika setetes madu itu diminum dan seketika itu pula rasa ingin dan ingin lagi mencicipinya. Seolah terkena candu yang begitu sangat sehingga sulit untuk melupakan kenikmatan tersebut. Apalagi bagi yang belum pernah sama sekali mencicipi manisnya madu itu. Saat kita mendengar cerita maupun informasi, dari televisi maupun media lain dan barangkali juga dari teman kita yang sudah pernah mencicipinya, dengan raut wajah yang begitu manis mereka menceritakannya pada kita. Mereka yang tadinya hanya memberikan gambaran seolah membuat kita terhanyut dalam kelezatan dan manisnya madu tersebut. Padahal kita belum mencicipi secara langsung. Nah, dari situlah kita merasa tertarik dan ingin merasakan kelezatan itu secara langsung, bukan hanya sebatas mendengar cerita dari teman dan saudara.
Demikian halnya dengan itu. Pepatah ukhuwah (baca: ikatan persaudaraan) yang seringkali kita gunakan "Tak kenal maka Ta’aruf". Satu pengalaman yang begitu melekat dalam bingkai ingatanku tentang nikmatnya menuntut ilmu bersama lembaga ini. Seperti ada kenangan indah yang akan terukir kala tak bersama mereka lagi yang berwajah teduh. Wajahnya memantulkan bias yang begitu bening. Alunan ayat-Nya menghiasi lingkaran ukhuwah yang terjalin karena-Nya.
Aku bersyukur atas nikmat ini. Alhamdulillah, begitu gumamku ketika ku berada disini. Allah telah benar-benar menunjukkan kebesaran dan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya yang tersesat ini. Serasa mendapat sebuah keluarga baru yang harmonis, tentram dan begitu nyaman. Entah angin apa yang merasuk di jiwa ini, ketika mendengar lantunan Ayat suci Al Quran yang di dengungkan salah seorang kawan ketika Syuro’ (baca: istilah rapat dalam ldk-rohis). Sungguh sangat menggetarkan hati, sekaligus meneduhkan hati bagi siapa saja yang mendengar ayat-ayat Nya yang begitu indah.
Terjalinnya silaturahmi, perasaan saling memiliki satu sama lain yang terikat dalam indahnya Ukhuwah menjadikan keluarga ini begitu nyaman untuk di huni. Layaknya sebuah rasa yang sulit diungkapan. Namun, Sayyid Quthb pernah mengatakan bahwasanya "Persaudaraan adalah mu’jizat, wadah yang saling berikatan. Dengannya Allah mempersatukan hati-hati berserakan, saling bersaudara, saling merendah lagi memahami, saling mencintai dan saling berlembut hati."
Begitu istimewanya sehingga beliau mengatakan kepada kita semua bahwa, persaudaraan adalah sebuah mu’jizat. Betapa besar nikmat yang Allah berikan kepada hambanya saudara-saudara yang seiman, yang saling nasehat menasehati dalam kebaikan dengan selalu merendahkan diri namun tetap berwibawa. Menyatukan hati-hati yang berserakan dan mempertemukannya dalam jalinan yang istimewa. Sungguh, nikmat yang sangat luar biasa untuk dirasakan.
Akhlak seorang muslim itu bagaikan suatu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain. Apabila salah satu dari pondasi tersebut sakit, maka semua akan ikut merasakannya. Karena memang, saling mencintai sesama saudara itu dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan untuk menggapai Ridho-Nya dan hanya pada-Nya semua ini di persembahkan.
Sudah menjadi tabiat manusia, dalam berteman akan terjadi saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Begitu yang kurasakan ketika berada dalam lingkaran ini. Meski masih sangat jauh dari sempurna, mewarisi tekad mereka yang telah mengajarkan persaudaraan dalam keluarga ini menjadi motivasi tersendiri untuk terus memperbaiki diri. Benar kiranya, Nabi SAW dalam suatu riwayat pernah mengatakan dan serta mengingatkan kepada kita semua bahwa: "Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap." (HR Bukhari & Muslim).
Begitu sangat berpengaruhnya lingkungan terhadap perilaku diri. Sehingga Nabi SAW mengingatkan kita dalam riwayatnya tersebut diatas. Meski dahulu belum mengerti hal yang demikian. Namun, telah aku rasakan betapa kebenaran itu nyata. Hal kecil yang menjadi pilihan, terkadang berdampak besar pengaruhnya terhadap kehidupan kita kedepan.
Semua berawal ketika aku bertemu kawan-kawan seperjuangan (baca: pejuang ilmu di perguruan tinggi) di lembaga dakwah kampus yang biasa dikenal dengan istilah rohis. Adalah sebuah lembaga keislaman yang dihuni orang-orang yang haus akan keteladanan Rasullullah dan keislaman yang beliau ajarkan dalam naungan formal perguruan tinggi dimana aku melanjutkan study.
Rohis, ya rohis begitu orang menyebutnya. Apapun namanya, rohis tetap menjadi icon lembaga ini karena nuansa keislaman yang di embannya. Banyak hal yang aku temukan ketika berada di dalamnya. Selain merasa kebermanfaatan ilmu, mendapat saudara yang saling mengasihi, mencintai saudaranya dan yang paling sakral adalah ber fastabikhul khoirot (baca: berlomba-lomba dalam kebaikan).
Banyak hal baik yang aku dapatkan disana selain hanya bersenang-senang dan menghabiskan waktu sia-sia. Upaya memperbaiki diri juga sejatinya bukan soal harus berada di wadah itu semata (baca: rohis). Namun, melangkahkan niat untuk berproses pada fase pembelajaran yang memang keberadaan lingkungan sementara yang sangat mendukung hanya ada disana saat keadaan formal juga menjadikanku terdorong niat untuk membersamai dan bertemu dengan saudara-saudara seiman yang mau untuk kita bersama-sama berproses diri mendirikan pondasi awal keimanan dalam jalinan ukhuwah islamiyah. (MINW)
-------------------------------------------
Di ambil dari catatan proyek buku, "Berdiri di Jalan Dakwah"
Oleh: Muhammad Ichsan Nugroho Wibawanto (FH/2011)
Yang dipersembahkan untuk: Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang sangat luar biasa yang terus menebarkan semangat Berprestasi dan Berkontribusi, Keluarga Islam Fakultas Hukum (KIFH) Universitas Negeri Semarang.
0 comments:
Post a Comment