Beginilah. Ketika kukayuh sepedaku perlahan - lahan sambil mentadaburi langit pagi. Lihatlah awan - awan putih yang mengumpul jadi satu itu. Bentuknya seperti gelombang - gelombang air di lautan. Mereka bertasbih menanti angin yang berhembus untuk menggiringnya menuju daerah yang tidak pernah mereka ketahui. Terkadang di siang hari mereka bersemayam pada suatu daerah untuk memberikan keteduhan kepada petani yang mengais rezeki di sawah dari teriknya matahari.Dan, semua ini dimulai dari pagi.
Secangkir kopi sudah siap tersaji. Aromanya yang khas menjadi suguhan wangi. Seperti aroma - aroma pagi yang selalu dinanti. Betapa ruginya orang - orang yang kehilangan waktu pagi. Karena pagi adalah semangat, pagi adalah harapan dan pagi adalah pijakan pertama kaki meniti. Pada waktu pagi matahari mulai merangkak merajai hari. Cahanya menjadi energi yang mengokohkan pundak - pundak insani. Dalaam setiap pagi, saya selalu berdoa semoga Allah memberikan keberuntungan untuk hari ini. Karena pagi adalah langkah awal untuk wujudkan mimpi. Beginilah pagi.
Pagi. Saat sepertiga malam terakhir. Tuhan turun ke langit terdekat untuk mengabulkan doa - doa hamba yang berserah diri secara total kepada-Nya. Inilah kabar bahagia yang diselipkan Tuhan dalam waktu pagi. Jika kehidupan adalah buku, dan usia adalah lembarannya. Maka, pagi adalah saat kita membuka lembaran baru dalam buku itu. Setiap lembaran baru adalah harapan. Setiap lembaran baru adalah kanvas kosong. Pada setiap lembaran baru itulah, manusia diberikan kebebasan untuk melukisnya dengan aktifitas hariannya. Percayalah, bahwa setiap dari kita mempunyai masa depan yang lebih baik jika kita mau berubah. Innallaha La Yughoyyiruma Biqoumin Khatta Yughoyyiruma Bianfusihim, Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak mau merubah nasibnya sendiri. Namun, semua itu tidak menutup bahwa manusia juga mempunyai masa lalu. Entah baik maupun buruk. Setiap masa lalu adalah bagian dari diri kita yang tidak dapat dilepaskan. Untuk itulah jangan pernah takut terhadap masa lalu. Masa lalu yang baik bisa menjadi pemompa bagi diri saat ini untuk menjadi lebih baik. Sedangkan masa lalu yang buruk bisa menjadi pembelajaran yang berarti untuk masa depan yang lebih baik.
Pagi adalah energi dan semangat. Saya semakin yakin ketika para trainer yang berkoar - koar itu selalu menggunakan kata 'Semangat Pagi!' untuk menyapa audiennya. Bahkan Sapardi Djoko Damono pun menggunakan kata pagi untuk menyapa Indonesia. "Selamat Pagi Indonesia!".
Saya palingkan wajah ke masa lalu. Pagi adalah saat pergi ke tukang pijat ketika sakit. Pagi adalah saat terburu - buru menjual sayur ke pasar. Pagi adalah saat membeli 'gemblong' di warung. Pagi adalah saat segar untuk mandi. Pagi adalah saat bingung mencari seragam. Pagi adalah saat mengejar satu - satunya angkot ke Kota. Pagi adalah saat lupa bawa topi upacara. Pagi adalah saat berdiri satu kaki di sekolah. Pagi adalah saat menyalin pekerjaan teman di kelas. Pagi adalah segelas teh hangat di kantin. Pagi adalah saat ditodong Waka Kesiswaan. Pagi adalah saat pelantikan wakil ketua OSIS. Pagi adalah saat penerimaan piala. Pagi adalah saat lupa bawa kaos kaki. Pagi adalah saat menangis dihadapan guru olahraga. Pagi adalah saat mendapat surat cinta dari perempuan. Pagi adalah saat dijemur di lapangan basket. Pagi adalah saat murajaah juz 'amma bersama. Pagi adalah saat dipanggil ke ruang kepala sekolah. Pagi adalah saat dikejar - kejar anjing. Pagi adalah saat disuruh baca puisi. Pagi adalah saat khitobah di halaman sekolah. Pagi adalah saat melamun di pinggiran jalan. Pagi adalah saat lumban di kali. Pagi adalah saat bersih - bersih musholla. Pagi adalah saat bikin kopi. Pagi adalah saat meniup debu yang bersemayam menempati ruang. Pagi adalah saat menari hula - hula bersama gerak marmut. Pagi adalah saat membawa kambing ke sawah. Pagi adalah saat memasak. Pagi adalah saat melemparkan diri ke kasur. Pagi adalah saat merenung di pinggir embung. Pagi adalah saat syuro. Pagi adalah saat tilawah. Pagi adalah saat mengayuh sepeda keliling kampus. Pagi adalah saat nonton berita olah raga. Pagi adalah saat buka email dan facebook. Pagi adalah saat mengerjakan tugas. Pagi adalah saat inspirasi datang. Pagi adalah saat menulis. Pagi adalah saat membaca. Pagi adalah saat - saat yang menjadi kesan dan kenangan.
Seperti itulah pagi. Ketika embun menguap berkombinasi dengan udara pagi. Terus kukayuh sepedaku melintasi jalanan pagi. Pada sebuah pasar, kulemparkan pandang ke semua arah. Ada banyak obrolan disana - sini. Sesekali suara sepeda motor memberi irama tersendiri untuk memecah obrolan pagi. Saya hanya terdiam sejenak untuk menikmati irama itu. Suaranya seperti sekelompok nyamuk yang terbang berputar - putar di lubang telinga. Hampir semua huruf abjad terucap dari A sampai Z. Saya masih menikmati dan terpaksa untuk menikmati.
Saya mencoba masuk ke pasar itu. Pedagang makanan berat mendominasi. Mereka duduk vertikal ditepi jalan pasar. Hampir - hampir dari setiap mereka yang belum mendapatkan pembeli menawarkan makanannya. Meskipun terkadang saya pura - pura tidak mendengar apa yang mereka tawarkan. Maklum, masih ingin melihat - lihat dulu makanan apa saja yang ada disini. Akhirnya, saya pun dipaksa untuk menjatuhkan pilihan. Bubur kacang hijau, sate ayam, nasi krempyeng, atau utri (makanan olahan dari ketela). Saat saya memilih salah satu diantara mereka rasanya ada rasa iba yang teramat sangat menguasai diri ini. Seakan - akan saya merasa telah melakukan tindakan tidak adil terhadap mereka. Andai saja saat ini saya mempunyai banyak uang. Pasti akan saya borong semua makanan - makanan itu. Mudah - mudahan suatu saat saya bisa mewujudkannya. Aamiin. Pagi ini menawarkan pilihan yang sulit.
Satu bungkus nasi krempyeng di genggaman. Saya pun berlalu. Masih bisa saya rasakan lembut dan segarnya udara pagi ini. Kuhirup dalam - dalam udara pagi ini untuk memberi makna. Saya hanya bisa berucap, betapa luar biasa pencipta pagi. Ya, inilah pagi yang selalu menaburkan harapan dan wajah berseri kepada anak - anak SMA yang menunggu angkot di jalan - jalan, pemulung yang mengais sampah di TPA (tempat pembuangan akhir), tukang sapu di tepi embung, MENWA yang rutin berlari dan bernyanyi atau subyek lain yang selalu menanti kedatangan pagi. Saya terus mengayuh. Dalam benak, saya ingin melukis pagi ini. Karena pagi selalu menyuguhkan aroma yang khas, pekat dan melekat seperti secangkir kopi yang telah tersaji. Di waktu pagi, kusedu harapan dan mimpi - mimpi itu supaya tampak lebih nyata. Pekat dan kental; aroma masa depan. Beginilah pagi.
Kuulang lagi tembang tentang pagi;
Di bawah sinar matahari pagi
wajah berseri - seri
riyang gembira anak desa mandi
di sungai jernih murni
menari - nari bersinar- berseri
memberi salam pagi.
Terima kasih pagi! :)
Oleh : Imam Bukhori A. Latif Hassan
Sumber : http://kampoengkata.blogspot.com/2011/11/beranda.html
0 comments:
Post a Comment