“Jangan marah,” Nabi pernah bersabda, ” bagimu jannah (surga)”. Nasehat yang kelihatannya sederhana, namun rupanya banyak berpengaruh pada bagaimana jalannya kehidupan kita. Nasehat ini juga mengenai untuk kita sebagai individu maupun sebagai komunitas, umat dan bangsa.
Pernah marah lalu melakukan sesuatu yang membuat kita menyesalinya kemudian? Ketika dikuasai amarah, kita cenderung kehilangan kejernihan. Keputusan-keputusan yang diambil seringkali tidak diperhitungkan baik buruk, benar salah, dan tepat tidaknya. Saat marah, kita memang lebih berani, namun kadang mematikan nurani.
Kemarahan publik Amerika setelah peristiwa 11 September menjadi pencipta momentum bagi angkara. Butuh dua periode untuk menurunkan presiden yang menjual perang dalam kampanyenya itu untuk turun. Bahkan, presiden yang hadir menjanjikan perubahan pun masih melanjutkan pertunjukan kematian.
Pun dengan kabar yang baru-baru ini kita dengar dari Perancis. Marahnya Muhammad Merah membuatnya ringan saja membunuh beberapa anak kecil di sekolah. Walaupun latar belakang marahnya dapat kita pahami (penjajahan dan pembantaian di Afghanistan dan Irak oleh pasukan sekutu), sebagaimana kita juga memahami perasaan bangsa Amerika saat 11 September merenggut nyawa saudara-saudara mereka, kita semua tercabik dan mengutuk kemarahan yang tidak pada tempatnya itu.
Sayangnya, mudah dikuasai amarah adalah penyakit yang menghinggapi orang-orang kalah dan terjajah. Padahal, ketika dikuasai amarah, kita justru semakin tenggelam dalam kekalahan.
Lalu apakah tidak boleh marah? Tidak juga. Nabi juga pernah menunjukkan kemarahan. Sabdanya menunjukkan keutamaan mengendalikan amarah secara umum, tidak mutlak mengharamkannya dalam waktu-waktu tertentu. Marah justru menjadi harus pada saat-saat tertentu. Namun, mengelola dengan jernih dan memilih bagaimana mengekspresikannya dengan tepat di saat yang tepat adalah sebuah keutamaan tersendiri.
Saat kita melihat ada yang dizalimi, kecintaan pada keadilan mengharuskan kita marah. Tapi bisakah kita tetap jernih mengatur langkah? Tepatkah cara kita marah?
Saya kira, mengelola amarah adalah salah satu elemen penting yang harus dipelajari oleh setiap gerakan perubahan.
Oleh : Sofwan Al Banna
0 comments:
Post a Comment