Unnimac.com. KIFS. Sontak pagi itu suasana berubah menjadi bergemuruh ketika seorang lelaki muda memasuki panggung utama. Lelaki muda yang telah menelurkan banyak buku tersebut secara sederhana dan bersahaja menyapa audien dengan penuh cinta dan kasih sayang.
“Siapa yang datang kesini hanya untuk melihat Tere Liye, siapa yang datang kesini hanya untuk berfoto dengan Tere Liye, siapa yang datang kesini hanya untuk minta tanda tangan Tere Liye dan siapa yang datang kesini untuk menuntut ilmu!”, sapa lelaki yang telah menelurkan banyak buku tersebut.
Lelaki itu adalah penulis novel – novel fiksi Darwis Tere Liye. Bertepatan pada Sabtu (2/11) pagi, ia didaulat untuk menjadi pembicara dalam bedah buku “Moga Bunda di Sayang Allah” yang ditulisnya sendiri. Bedah buku yang diselenggarakan oleh Kerohanian Islam Fakultas Ilmu Sosial (KIFS) itu dilaksanakan di Gedung C7 lantai 3 Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Kampus Unnes, Sekaran.
Moga Bunda di Sayang Allah merupakan salah satu novel Tere Liye yang terinspirasi dari ketidakpedulian anak terhadap orangtuanya yang ternyata tidak seideal orangtua lainnya.
Dalam kesempatan itu Darwis Tere Liye juga menyinggung remaja sekarang yang lebih banyak berkeluh kesah kepada teman atau pun di jejaring sosial. “Kalian memiliki tanggung jawab minimal untuk memperbaiki diri sendiri. Tiada guna keluh kesah dan mencecerkan kegalauan di Facebook. Berkeluh kesah segala kegalauan kepada orang lain menunjukkan ia tidak percaya dengan Tuhan.” terangnya.
Dalam sesi tanya jawab banyak pertanyaan terlontar oleh peserta yang hadir pada kesempatan pagi tersebut. Diantara pertanyaan yang terlontar adalah terkait problem -problem ketika menulis.
“Bang Tere, saya bingung untuk menyelesaikan tulisan yang sudah mencapai 10 halaman. Bagaimana menyelesaikannya? Dan, jawabannya gampang. Cukup tuliskan TAMAT, di akhir kalimat.”, sebuah jawaban sederhana Tere Liye yang disambut gelegak tawa dari peserta.
“Kalau kamu ingin menjadi penulis yang baik. Riset amunisi itu penting! Cobalah catat hal – hal detail dalam keseharian yang menakjubkan.” tambahnya.
Acara yang dimoderatori oleh Mahasiswa Berprestasi Unnes 2013 Agus Widodo tersebut akhirnya ditutup dengan tepuk tangan yang meriah dari hadirin. (IBALH)
“Siapa yang datang kesini hanya untuk melihat Tere Liye, siapa yang datang kesini hanya untuk berfoto dengan Tere Liye, siapa yang datang kesini hanya untuk minta tanda tangan Tere Liye dan siapa yang datang kesini untuk menuntut ilmu!”, sapa lelaki yang telah menelurkan banyak buku tersebut.
Lelaki itu adalah penulis novel – novel fiksi Darwis Tere Liye. Bertepatan pada Sabtu (2/11) pagi, ia didaulat untuk menjadi pembicara dalam bedah buku “Moga Bunda di Sayang Allah” yang ditulisnya sendiri. Bedah buku yang diselenggarakan oleh Kerohanian Islam Fakultas Ilmu Sosial (KIFS) itu dilaksanakan di Gedung C7 lantai 3 Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Kampus Unnes, Sekaran.
Moga Bunda di Sayang Allah merupakan salah satu novel Tere Liye yang terinspirasi dari ketidakpedulian anak terhadap orangtuanya yang ternyata tidak seideal orangtua lainnya.
Dalam kesempatan itu Darwis Tere Liye juga menyinggung remaja sekarang yang lebih banyak berkeluh kesah kepada teman atau pun di jejaring sosial. “Kalian memiliki tanggung jawab minimal untuk memperbaiki diri sendiri. Tiada guna keluh kesah dan mencecerkan kegalauan di Facebook. Berkeluh kesah segala kegalauan kepada orang lain menunjukkan ia tidak percaya dengan Tuhan.” terangnya.
Dalam sesi tanya jawab banyak pertanyaan terlontar oleh peserta yang hadir pada kesempatan pagi tersebut. Diantara pertanyaan yang terlontar adalah terkait problem -problem ketika menulis.
“Bang Tere, saya bingung untuk menyelesaikan tulisan yang sudah mencapai 10 halaman. Bagaimana menyelesaikannya? Dan, jawabannya gampang. Cukup tuliskan TAMAT, di akhir kalimat.”, sebuah jawaban sederhana Tere Liye yang disambut gelegak tawa dari peserta.
“Kalau kamu ingin menjadi penulis yang baik. Riset amunisi itu penting! Cobalah catat hal – hal detail dalam keseharian yang menakjubkan.” tambahnya.
Acara yang dimoderatori oleh Mahasiswa Berprestasi Unnes 2013 Agus Widodo tersebut akhirnya ditutup dengan tepuk tangan yang meriah dari hadirin. (IBALH)
0 comments:
Post a Comment